A
|
da rasa yang aneh dalam dadaku, jantungku berdetak
sepuluh kali lebih cepat dari biasanya ketika aku menyusuri koridor sekolah
untuk sampai dikelasku yang baru. Aku berhenti tepat di depan pintu ruang kelas
dan menunggu wali kelasku untuk mempersilahkan aku masuk. Ku tatap sekeliling
ruangan ketika aku berjalan masuk, masih segar dalam ingatanku ruangan yang aku pakai untuk belajar di SMP.
Ruangan ini dua kali lebih besar dari ruanganku yang dulu, banyak foto-foto
yang di gantung di dinding-dinding kelas, ada sebuah Tv dan sebuah proyektor
dalam ruangan ini. Ruangan ini juga dilengkapi dengan pendingin ruangan. Ibu
Ikha yang menjabat sebagai wali kelas X-4 menyuruhku untuk memperkenalkan diri.
“hai, nama aku tasya aulia, kalian bisa panggil aku
tasya. Aku pindahan dari SMP negeri di Yogyakarta. Aku pindah kemari karena
mengikuti ayahku yang melanjutkan kuliahnya S-3 Management dan dulu ibuku
seorang dokter yang bekerja di rumah sakit swasta di Yogyakarta. Mungkin segitu
dulu yang bisa aku sampaikan.”
Ibu Ikha langsung
mempersilahkan aku duduk pada baris ke tiga dari depan.
Bel
istirahat sudah terdengar. Aku bergegas keluar kelas dan segera mencari ruang
Bimbingan Konserling untuk mengisi angket ekstrakulikuler. Semua orang disini
begitu cuek dengan murid pendatang baru seperti aku, beda dengan di Yogyakarta
semua orang disana begitu ramah meskipun dengan pendatang baru seperti aku. Suasana
dingin menusuk tulang ketika aku memasuki ruang Bimbingan Konserling.
“ mau cari siapa nak?” tanya seorang ibu-ibu yang
usianya sekitar 50 tahun.
“saya mencari ibu wulaningsih untuk mengisi angket
ekstrakulikuler”
“oh, masuk saja pada ruangan yang berada di sebelah
bagan kemajuan siswa, ibu wulaningsih ada di dalam”
“oh, makasih bu atas infonya” segera aku berjalan ke
ruangan yang sudah ditunjukan oleh ibu tadi.
Tok...tok...tok..
“ya, masuk saja” suara dari daam menyuruhku masuk.
“selamat siang bu saya tasya, yang kemarin ingin
mengisi angket”
“oh, iya iya ini angketnya. Segera saja kamu isi”.
Segera saja aku duduk berhadapan dengan Ibu
Wulaningsih dan segera melaksanakan perintahnya. Setelah selesai mengisi aku
langsung menyerahkan angketnya pada Bu wulan.
“mbak tasya, kamu bisa memulai ekstrakulikuer bahasa
korea nanti sepulang sekolah dan ekstrakulikuler biola besok sepulang sekolah.
Apa anda yakin hanya ingin mengikuti 2 ekstrakulikuler saja? Disini saya tidak
melihat anda mengisi kolom organisasi”
“iya bu saya yakin, karena ayah saya menginginkan
saya untuk konsentrasi pada pelajaran”
Terdengar bel masuk
kelas telah beerbunyi, setelah selesai dengan bu wulaningsih aku bergegas masuk
kelas karena aku tidak ingin ketinggalan mata pelajaran kesukaanku yaitu seni
musik.
Tak
terasa aku sudah menempati kelas XI-IPA 2. Aku mengenal hampir seluruh teman
kelas ku karena rata-rata aku kenal mereka dari ekstra biola dan bahasa korea.
Menjalani awal semester baru dalam suasana yang baru juga aku lebih bisa
mengenal kepribadian teman-temanku. Aku juga sering mendapat SMS lucu dari aryo.
Akhirnya
dari sekedar mengirim pesan yang lucu-lucu kami pun jadi lebih kenal
kepribadian masing-masing dan kamipun jadi sering berkirim pesan.
Sore
itu aku baru saja selesai ekstra bahasa korea dan aku berencana untuk pergi ke
toko kue langgananku, ketika aku melihat sekilas bayangan aryo keluar dari
kamar mandi.
“aryo! Mau kemana?”
“eh tasya, ini aku baru
mau latihan basket. Kamu mau kemana kok buru-buru gitu?”
“masa sih?emang aku
kelihatan keburu-buru ya??”
“yaaa gitu lah. Emang
mau kemana sih?”
“cuman mau mampir ke
toko kue langgananku sih.”
“oh, ya udah aku mau
latihan dulu yaa”
“ok. Good luck yaaa
buat latihan hari ini” ku pandangi punggungnya yang menghilang dalam belokan ke
arah lapangan basket. Segera ku menuju ke tempat parkir untuk mengambil motor beat
putih-ku.
Segera
kunyalakan motorku untuk pergi ke tujuanku selanjutnya dan kulesatkan motorku
ke toko kue yang jaraknya beberapa meter dari sekolah.
Setelah
sampai kuletakan motorku di tempat parkir yang sudah di sediakan oleh pihak
toko. lalu ku langkahkan kakiku masuk ke dalam toko kue itu. setelah lama
memilih akhirnya pilihanku jatuh pada white cake cherry dan tea with no sugar,
aku meminta pelayan untuk mengantarkan pesananku ke meja no 9.
Hari
sudah gelap ketika aku sampai di rumah. Kuletakan sepatu di tempatnya dan
segera aku naik untuk menuju ke kamrku. Aku mencium bau yang tidak enak keluar
dari badanku, setelah ku letakan semua peralatan sekolahku segera aku melesat
menuju kamar mandi.
Setelah keluar dari
kamar mandi, aku langsung menuju meja beajar untuk mengerjakan tugas.
Jam
dinding di kamar sudah menunjukan pukul 23.00 ketika aku sudah berada di atas
tempat tidur.
----
Hari ini sangat cerah
dan aku suka sekali karena hari ini mendukungku untuk pergi ke toko buku
bersama putri seusai sekolah nanti.
“put, nanti jadi kan?”
“jadi lah, aku kan mau beli majalah yang ngebahas
tentang Shinee”
“hhe, “
Sebelum bel masuk
berdering kami memutuskan untuk masuk ke ruang kelas. Tepat ketika kami
menginjakan kaki di ruang kelas bel masuk berdering dengan nyaringnya.
---
Aku dan putri sudah
sampai di toko buku Gramedia. Kami segera naik ke lantai 3 dimana di lantai ini
di jual berbagai macam komik, novel, ensklopedia, dan majalah. Kami terpaksa
berpisah untuk mendapatkan buku yang kami inginkan, aku memilih pergi ke daerah
novel sedangkan putri memilih untuk pergi ke daerah majalah.
Setelah beberapa menit
memilih-milih akhirnya pilihanku jatuh pada novel ‘Oppa and I’. Setelah
membayar aku memandang sekeliling dan tak terlihat olehku sesosok manusia yang
bernama putri. Akhirnya aku memilih untuk turun ke parkiran dan menunggu putri
disana.
Ternyata putri sudah
berada disana lebih dulu. Ketika kami
bertemu pandang aku menangkap seulas senyum keluar dari bibirnya, setelah aku
melihat bungkusan yang sedang di genggam putri ternyata aku tau maksud dari
senyuman putri, hahaha
“tas, anterin aku balik ke sekolah ya, aku mau ambil motor”
“tas, anterin aku balik ke sekolah ya, aku mau ambil motor”
“ok ok.”
Kulesatkan motorku
setelah kami membayar ongkos parkir menuju jalan sudirman.
Aku memilih untuk
menyaksikan latihan basket ketika kami sudah sampai di halaman sekolah. Dan aku
memilih untuk duduk di bawah pohon yang rindang.
Ketika pertandingan
selesai aku bergegas untuk pergi dari sekolah sebelum salah seorang satpam
menegurku. Belum sempat aku menyalakan motorku seseorang memanggilku dari
belakang
“tasya..”
“aryo? Belum pulang? Latihannya dah selesai kan?”
“ini baru mau pulang. Udah baru aja kok. Eh, tasy
aku nebeng dong lagian kita searahkan?”
“yaaa gak papa sih. Emang motormu kemana?”
“motorku lagi nginep di bengkel”
“oh, yaudah. Eh, tapi kamu yang di depan lhoo, kan
gak asyik kalo aku yang mboncengin kamu”
“iya aku ngerti kok, mana kuncinya?”
“tu dah di situ”
Dalam perjalanan pulang
ke rumah aryo kami lebih sering menghiasinya dengan saling diam. Aku merasa
gugup ketika harus mengawai pembicaraan dengannya ketika kami hanya berdua
saja. Hingga sampai di depan rumahnya dia hanya mengucapkan kata terimakasih,
tapi tidak apa-apa yang penting dalam
perjalanan pulang aku satu motor dengan aryo, itu saja sudah membuatku senang.
Sesampainya dirumah
papa sudah menungguku di depan rumah dengan memasang muka serius..
“ tasya sehabis kenaikan kelas mama harus pindah ke
jogja lagi”
“lalu pa? Apa hubungannya ama tasya?”
“yaaa, kamu mau tidak mau nemenin mama disana.
Soalnya mama disana gak ada siapa-siapa. Tante anna, nenek, dan om kamu harus
pergi ke singapore untuk ngobatin nenek” jawab mama yang baru saja muncul dari
dapur
“berarti tasya pindah lagi dong..”
“ya mau tidak mau, nanti kalo papa udah selesai
nanti juga nyusul kok” jawab papa yang tengah mengambil nasi.
“yaaaah, padahal tasya udah dapet temen disini”
“kamu nanti disana juga bisa dapet temen lagi kok
say. Ya kan ma?” tanya papa meminta persetujuan mama
“iya say, betul kata papa kamu”
“huuuuft, terserah ajalah. Toh tiap tahun mesti
pindah”
“nah gitu donk. Ayo makan, mama udah masak masakan
yang kamu suka lho..”
Akhirnya aku memilih
untuk berada di kamar setalah selesai makan malam. Belum lama juga aku mendapat
seseorang yang bisa membuat hidupku bahagia, masa aku harus pindah... ku
hidupkan laptop yang sedari tadi berada di atas meja belajar. Lalu ku buka
browser dan memilih untuk melihat situs jejaring sosialku.
---
Pagi ini aku berangkat
dengan perasaan kesal pada orangtuaku. Akhirnya aku menceritakan semuanya pada
putri. Putri yang mendengar cerita bahwa aku akan pindah seusai kenaikan kelas
merasa sangat terkejut, aku berharap ketika aku menceritakannya pada aryo aku
akan mendapatkan reaksi yang sama dengan reaksi yang diberikan putri atau
bahkan lebih. Sebelum masuk aku keluar untuk mencari aryo, aku mendengar suara
aryo dari arah tempat parkir. Tidak sabar rasanya aku ingin menumpahkan segala kekesalanku
dengan orangtuaku pada aryo sebelum aku melihatnya keluar dari area parkir
dengan seorang gadis. Aku merasa sangat cemburu ketika aku melihat mereka
bergandengan tangan
“tasya, ngapain berdiri disini kayak patung aja”
“ehm, enggak kok yo. Eh ngomong-ngomong siapa ini?
Pacar baru yaaa?”
“lhoh, kok tau? Hhe, kenalin deh.. ini sylvia dia
anak XI-IPA 1”
“ehm, hai aku tasya te.. temenya aryo”
“hai, aku sylvia. Salam kenal yaaa”
“eh, iya”
“yaudah ya sya aku mau ke kelas sylvia dulu, soalnya
dia minta diajarin ngebuat pantun. duluan yaaa”
“he-eh, aku juga mau balik ke kelas dulu. Bye”
Aku berusaha untuk
mengendalikan perasaanku, aku mulai untuk berfikir lebih jernih lagi. Aku mulai
mencerna bahwa diantara kami memang tidak apa-apa. Jadi, selama ini aku hanya
merasa Ge-er saja. Akhirnya ku urungkan niatku untuk bercerita pada aryo dan
memilih hanya putri saja yang tau tentang kepindahaanku.
Sejak kejadian itu aku
jadi malas untuk membalas pesan dari aryo, hingga waktu Ujian Kenaikan Kelas
tiba aku hampir tidak pernah menjawab pesan darinya.
---
Hari dimana aku harus
meninggalkan jakarta tiba, dan benar ketika aku menuju bandara soekarno-hatta
aryo mengirim pesan padaku dan dia hanya mengucapkan selamat tinggal tanpa
bertanya sebab-sebab aku pindah.
0 komentar:
Posting Komentar