Jumat, 17 Mei 2013
Rabu, 24 April 2013
nothing to loose
29 maret 2013
hari jum'at yang cerah, dan mapel untuk hari itu adalah B.Indonesia, B.Arab, dan Matematika. tidak ada yang salah dengan semua mapel di hari jum'at malah semua mapel di hari itu bisa dibilang surga dunia(hhe-). dan kadang waktu berlalu begitu cepat tanpa kita sadari karena kita sendiri sedang menikmati aktivitas yang sedang kita lakukan.
jam terakhir untuk mapel Matematika di akhiri dengan kegiatan rutin yang dilakukan kakak kelas ketika menjelang UN. hmm, meski aku kadang gak kenal mereka tapi mereka tetap meminta maaf, ada apa dengan dunia ini???
back to topic,
well, that's not the point. thing that i want to tell you is I miss him(huhu-). hari itu hari terakhir aku melihat dia menggunakan baju batik khusus sekolah. jabat tangan terakhir, dan bodohnya aku merasa bahagia dengan jabat tangan terakhir itu padahal dengan itu artinya aku gak bakal lihat dia berkeliaran di sekolah lagi( you think he's kind of ghost--_____________--") humft, sejak hari itu aku mulai memikirkan tindakanku yang waktu itu, betapa bodohnya aku.. dan mungkin aku emang terlihat bodoh.
so, mungkin kamu bisa menganggapku gila atau sejenisnya tapi.. aku hanya berharap dia diterima di fakultas belakang sekolah jadi kalo dia lapar bisa dia mampir ke warung lotek dekat sekolah tapi (sekali lagi) tapi... itu hanya harapan bagi ku.
tapi (lagi..) hati kacilku berkata dan berharap semoga dia diterima di universitas negeri yang dia inginkan.Amin. dan, tak masalah jika aku tidak bisa melihatnya lagi yang terpenting, kami bisa mengejar cita-cita kami masing-masing. :D
Senin, 08 April 2013
Sabtu, 30 Maret 2013
spoof
Action Speaker Louder Than Words
An old man was eating in a truck stop, when three members of motorcycling gang walked in.
the first walked up to the old man, pushed his cigarette into the old man's pie, then took a seat at the counter. the second walked up to the old man, spilt milk into his lap, then took a seat at the counter. the third walked up to the old man, turned over his entire plate, then took a seat at the counter. without a word of proteset, the old man quietly left. shortly thereafter, one of the bikers said to the waitress, "humph, not much of a man, was he?" the waitress replied, "not moch of the driver either. he just picked his truck over three motorcycles"
Jumat, 31 Agustus 2012
contoh resensi
Keputusan Terakhir
Oleh : Hanna
Afifah
Penulis :
Dewie Sekar
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utara Jakarta
Cetakan : II, April 2007
Tebal : 392 halaman
Jenis
Buku : Fiksi
Harga
Buku : Rp 32.000
Dewie
Sekar atau Dewie Erowati Unggul Sekar Pawening adalah seorang novelis yang
lahir tanggal 23 maret di kaki Gunung Sindoro-Sumbing. Adalah Zona@Tsunami
novel pertama yang ia tulis dan yang sudah diterbitkan oleh PT Gramedia, novel
yang terdiri dari 50 bagian ini menyuguhkan hal-hal yang menarik yaitu tentang
perjuangan seorang gadis yang mencari sesosok pujaan hatinya di tengah tumpukan
jenazah.
Pembaca
akan dibawa masuk kedalam perasaan-perasaan tokoh dalam cerita ini yang dapat
mengolah emosi para pembaca. Melalui novel ini penulis mencoba menggambarkan
betapa besarnya pengorbanan seseorang untuk mencari seseorang yang mereka
sayangi di daerah yang telah dilanda bencana dan pengorbanan ini dilihatkan
penulis kedalam tokoh Mutiara.
Mutiara yang digambarkan dalam novel
ini adalah seorang Copy Writer yang
bekerja di perusahaan periklanan dengan Zona sebagai seorang Art Director. Setiap hari mereka harus
beradu argumen yang membuat mereka seperti kucing dan anjing. Keadaan ini yang
membuat Mutiara membenci Zona tapi juga merindukan argumen-argumen yang selalu
dilontarkan Zona. Begitupula dengan Zona yang selalu merindukan omelan Mutiara
jika sedang sendirian, berbeda dengan Zona Mutiara selalu berusaha menutupi
perasaannya demi rasa gengsi semata sedangkan Zona berusaha untuk terus
mengungkapkan perasaanya. Akan tetapi dengan sikap Zona yang seperti itu justru
membuat Mutiara merasa dipermainkan sebagai seorang wanita dan justru menutup
perasaanya dalam-dalam untuk Zona.
Ketika
mendengar kabar kepergian Zona ke Banda Aceh membuat Mutiara merasa sedih.
Mendengar Aceh yang dilanda tsunami membuat mutiara bertekat keras untuk
mencari Zona sampai titik darah penghabisan. Dr Sakti sebagai seorang relawan
dokter melihat perjuangan Mutiara merasakan adanya benih-benih cinta yang
tumbuh dihatinya. Rasa kasihan dan rasa cinta bercampur menjadi satu yang
membuat Dr Sakti harus merelakan Mutiara untuk kembali kepada Zona kala Zona
kembali selamat dan hidup. Ditengah pencarian Mutiara, Zona yang sudah terbaring
di RS Singapura memohon untuk merahasiakan keselamatannya dari Mutiara pada Ari
kakaknya. Tidak tega melihat kesedihan Mutiara memaksa Ari untuk menyuruh Zona
agar cepat memberitahukan keadaanya.
Berada
di Singapura bersama Ayah dan Adiknya pun membuat Dr Sakti menjadi lebih rileks
dan tidak terlalu dipusingkan oleh para korban yang menderita luka serius dan
trauma berkepanjangan. Ketenangan Dr Sakti harus diusik oleh hadirnya sesosok
makhluk yang mirip dengan Zona tetapi hanya dengan satu tangan. Akhirnya
pencarian Mutiara terhenti ketika Dr Sakti menghubungkan mereka berdua kembali.
Harapan Dr Sakti untuk mendapatkan mutiara pun kandas ketika dia membayangkan
bagaimana bahagianya Mutiara bertemu dengan Zona kembali. Pertemuan di cafe saat
itu menyadarkan Dr Sakti akan sesuatu yang tidak pernah dia sadari. Mutiara
memutuskan untuk meninggalkan Zona karena ketidak pastian dan ketidak percayaan
Zona terhadapnya sehingga membuatnya memilih Dr Sakti sebagai pelabuhan hatinya
yang terakhir.
Melalui
novel ini pembaca dapat menemukan beberapa keunggulan yaitu berupa nilai sosial yang didapat dari
karakter Mutiara. Rela melakukan apapun untuk mencari seseorang yang ia kasihi
dan berani mengorbankan pekerjaannya untuk membantu sesama dan betapa penting
dan berharganya bantuan kita bagi yang membutuhkan meskipun itu hanya sepotong
kue, adalah nilai sosial yang berusaha dimunculkan oleh Dewei Sekar.
Dalam
novel ini juga Dewie Sekar menulis dengan gaya bahasa yang mudah dimengerti.
Antara tokoh satu dengan yang lain Dewie Sekar memilih untuk membedakan jenis huruf
penulisannya sehingga pembaca diajak untuk mengerti tokoh mana yang sedang
berperan dan juga membedakan bagian mana yang sedang berbicara dengan
menggunakan penulisn tebal ketika pikiran atau imajinasi yang sedang berperan.
Kata-kata yang digunakan oleh si penulis juga merupakan bahasa yang sering
pembaca jumpai dalam kehidupan sehari-hari sehingga pembaca tidak perlu membuka
kamus untuk mencari makna dari kata-kata tersebut.
Cover
dari novel ini juga menraik pembaca untuk segera membacanya. Dominan warna pink
yang dipadupadankan dengan warna putih dan abu-abu sangat cocok bagi remaja
putri dan membuat novel ini semakin menarik untuk dibaca. Tidak hanya covernya
saja yang menarik tapi juga alurnya yang mudah diikuti sehingga pembaca tidak
usah repot-repot membolak-balik kertas unutuk mengingat alur apa yang digunakan
di bagian sebelumnya. Tema yang diambil Dewie Sekar juga menarik, menggambarkan
Aceh yang porak poranda setelah diterjang tsunami dan keadaan para korban yang
lumayan parah. Dewi juga menggambarkan bagaimana baunya dan hancurnya jenazah-jenazah
yang masih belum dievakuasi sehingga pembaca menerka bahwa Dewie pernah pergi
ke Aceh setelah Tsunami terjadi.
Bahasa
yang runtut dan mudah dimengerti menjadikan buku ini layak untuk dibaca oleh
kalangan remaja, dewasa atau bahkan masyarakat pada umumnya dan bisa menjadi
rujukan atau teman ketika sedang bersantai.
Langganan:
Postingan (Atom)