Jumat, 31 Agustus 2012

contoh resensi

Diposting oleh hannafi di 06.47.00 0 komentar

Keputusan Terakhir
Oleh : Hanna Afifah




 
Judul Buku      : Zona@Tsunami
Penulis             : Dewie Sekar
Penerbit           : PT Gramedia Pustaka Utara Jakarta
Cetakan           : II, April 2007
Tebal               : 392 halaman
Jenis Buku       : Fiksi
Harga Buku     : Rp 32.000 


Dewie Sekar atau Dewie Erowati Unggul Sekar Pawening adalah seorang novelis yang lahir tanggal 23 maret di kaki Gunung Sindoro-Sumbing. Adalah Zona@Tsunami novel pertama yang ia tulis dan yang sudah diterbitkan oleh PT Gramedia, novel yang terdiri dari 50 bagian ini menyuguhkan hal-hal yang menarik yaitu tentang perjuangan seorang gadis yang mencari sesosok pujaan hatinya di tengah tumpukan jenazah.
Pembaca akan dibawa masuk kedalam perasaan-perasaan tokoh dalam cerita ini yang dapat mengolah emosi para pembaca. Melalui novel ini penulis mencoba menggambarkan betapa besarnya pengorbanan seseorang untuk mencari seseorang yang mereka sayangi di daerah yang telah dilanda bencana dan pengorbanan ini dilihatkan penulis kedalam tokoh Mutiara.
            Mutiara yang digambarkan dalam novel ini adalah seorang Copy Writer yang bekerja di perusahaan periklanan dengan Zona sebagai seorang Art Director. Setiap hari mereka harus beradu argumen yang membuat mereka seperti kucing dan anjing. Keadaan ini yang membuat Mutiara membenci Zona tapi juga merindukan argumen-argumen yang selalu dilontarkan Zona. Begitupula dengan Zona yang selalu merindukan omelan Mutiara jika sedang sendirian, berbeda dengan Zona Mutiara selalu berusaha menutupi perasaannya demi rasa gengsi semata sedangkan Zona berusaha untuk terus mengungkapkan perasaanya. Akan tetapi dengan sikap Zona yang seperti itu justru membuat Mutiara merasa dipermainkan sebagai seorang wanita dan justru menutup perasaanya dalam-dalam untuk Zona.
Ketika mendengar kabar kepergian Zona ke Banda Aceh membuat Mutiara merasa sedih. Mendengar Aceh yang dilanda tsunami membuat mutiara bertekat keras untuk mencari Zona sampai titik darah penghabisan. Dr Sakti sebagai seorang relawan dokter melihat perjuangan Mutiara merasakan adanya benih-benih cinta yang tumbuh dihatinya. Rasa kasihan dan rasa cinta bercampur menjadi satu yang membuat Dr Sakti harus merelakan Mutiara untuk kembali kepada Zona kala Zona kembali selamat dan hidup. Ditengah pencarian Mutiara, Zona yang sudah terbaring di RS Singapura memohon untuk merahasiakan keselamatannya dari Mutiara pada Ari kakaknya. Tidak tega melihat kesedihan Mutiara memaksa Ari untuk menyuruh Zona agar cepat memberitahukan keadaanya.
Berada di Singapura bersama Ayah dan Adiknya pun membuat Dr Sakti menjadi lebih rileks dan tidak terlalu dipusingkan oleh para korban yang menderita luka serius dan trauma berkepanjangan. Ketenangan Dr Sakti harus diusik oleh hadirnya sesosok makhluk yang mirip dengan Zona tetapi hanya dengan satu tangan. Akhirnya pencarian Mutiara terhenti ketika Dr Sakti menghubungkan mereka berdua kembali. Harapan Dr Sakti untuk mendapatkan mutiara pun kandas ketika dia membayangkan bagaimana bahagianya Mutiara bertemu dengan Zona kembali. Pertemuan di cafe saat itu menyadarkan Dr Sakti akan sesuatu yang tidak pernah dia sadari. Mutiara memutuskan untuk meninggalkan Zona karena ketidak pastian dan ketidak percayaan Zona terhadapnya sehingga membuatnya memilih Dr Sakti sebagai pelabuhan hatinya yang terakhir.
Melalui novel ini pembaca dapat menemukan beberapa keunggulan  yaitu berupa nilai sosial yang didapat dari karakter Mutiara. Rela melakukan apapun untuk mencari seseorang yang ia kasihi dan berani mengorbankan pekerjaannya untuk membantu sesama dan betapa penting dan berharganya bantuan kita bagi yang membutuhkan meskipun itu hanya sepotong kue, adalah nilai sosial yang berusaha dimunculkan oleh Dewei Sekar.
Dalam novel ini juga Dewie Sekar menulis dengan gaya bahasa yang mudah dimengerti. Antara tokoh satu dengan yang lain Dewie Sekar memilih untuk membedakan jenis huruf penulisannya sehingga pembaca diajak untuk mengerti tokoh mana yang sedang berperan dan juga membedakan bagian mana yang sedang berbicara dengan menggunakan penulisn tebal ketika pikiran atau imajinasi yang sedang berperan. Kata-kata yang digunakan oleh si penulis juga merupakan bahasa yang sering pembaca jumpai dalam kehidupan sehari-hari sehingga pembaca tidak perlu membuka kamus untuk mencari makna dari kata-kata tersebut.
Cover dari novel ini juga menraik pembaca untuk segera membacanya. Dominan warna pink yang dipadupadankan dengan warna putih dan abu-abu sangat cocok bagi remaja putri dan membuat novel ini semakin menarik untuk dibaca. Tidak hanya covernya saja yang menarik tapi juga alurnya yang mudah diikuti sehingga pembaca tidak usah repot-repot membolak-balik kertas unutuk mengingat alur apa yang digunakan di bagian sebelumnya. Tema yang diambil Dewie Sekar juga menarik, menggambarkan Aceh yang porak poranda setelah diterjang tsunami dan keadaan para korban yang lumayan parah. Dewi juga menggambarkan bagaimana baunya dan hancurnya jenazah-jenazah yang masih belum dievakuasi sehingga pembaca menerka bahwa Dewie pernah pergi ke Aceh setelah Tsunami terjadi.
Bahasa yang runtut dan mudah dimengerti menjadikan buku ini layak untuk dibaca oleh kalangan remaja, dewasa atau bahkan masyarakat pada umumnya dan bisa menjadi rujukan atau teman ketika sedang bersantai.

 

HANNA'S BLOG Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei