Sabtu, 31 Maret 2012

contoh kata pengantar

Diposting oleh hannafi di 02.31.00 0 komentar

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia yang dilimpahkan-Nya, sehingga kami dapat melaksanakan dan menyelesaikan kegiatan PPL/Outdor kelas x tahun pelajaran 2011/2012dengan baik.Kegiatan PPL/Outdor kelas x tahun pelajaran 2011/2012 ini dilaksanakan sebagai wahana pembelajaran yang terpadu dalam rangka memberikan pengalaman dan wawasan serta pemahaman kepada siswa secara komprehensif. Kegiatan ini merupakan realisasi program Madrasah untuk mengaplikasikan kegiatan belajar intrakurikuler di lapangan dan untuk mengembangkan potensi siswa yang dilaksanakan di Lembah Hijau Solo, Museum Sangiran Solo, dan Asrama Haji Donohudan Solo.
Kami menyadari bahwa dengan bantuan dari berbagai pihak tugas ini dapat  terwujud dan berjalan dengan lancar.Untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
  1. Drs.H.Imam Suja’i Fadly,M.Pd.I, selaku kepala Madrasah yang telah memberikan arahan pada kegiatan PPL/Outdor kelas x tahun pelajaran 2011/2012.
  2. Dra.Yayuk Istirokhah selaku wali kelas XB
  3. Dra.Ely Rahmawati, S.Pd selaku guru pembimbing lapangan outdor kelas XB
  4. Rekan-rekan yang telah membantu baik secara tenaga dan pikiran
  5. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini

Laporan pelaksanaan kegiatan PPL/Outdor kelas x tahun pelajaran 2011/2012) ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.

Cinta Tak Sampai

Diposting oleh hannafi di 00.50.00 0 komentar


A
da rasa yang aneh dalam dadaku, jantungku berdetak sepuluh kali lebih cepat dari biasanya ketika aku menyusuri koridor sekolah untuk sampai dikelasku yang baru. Aku berhenti tepat di depan pintu ruang kelas dan menunggu wali kelasku untuk mempersilahkan aku masuk. Ku tatap sekeliling ruangan ketika aku berjalan masuk, masih segar dalam ingatanku   ruangan yang aku pakai untuk belajar di SMP. Ruangan ini dua kali lebih besar dari ruanganku yang dulu, banyak foto-foto yang di gantung di dinding-dinding kelas, ada sebuah Tv dan sebuah proyektor dalam ruangan ini. Ruangan ini juga dilengkapi dengan pendingin ruangan. Ibu Ikha yang menjabat sebagai wali kelas X-4 menyuruhku untuk memperkenalkan diri.
“hai, nama aku tasya aulia, kalian bisa panggil aku tasya. Aku pindahan dari SMP negeri di Yogyakarta. Aku pindah kemari karena mengikuti ayahku yang melanjutkan kuliahnya S-3 Management dan dulu ibuku seorang dokter yang bekerja di rumah sakit swasta di Yogyakarta. Mungkin segitu dulu yang bisa aku sampaikan.”
Ibu Ikha langsung mempersilahkan aku duduk pada baris ke tiga dari depan.
            Bel istirahat sudah terdengar. Aku bergegas keluar kelas dan segera mencari ruang Bimbingan Konserling untuk mengisi angket ekstrakulikuler. Semua orang disini begitu cuek dengan murid pendatang baru seperti aku, beda dengan di Yogyakarta semua orang disana begitu ramah meskipun dengan pendatang baru seperti aku. Suasana dingin menusuk tulang ketika aku memasuki ruang Bimbingan Konserling.
“ mau cari siapa nak?” tanya seorang ibu-ibu yang usianya sekitar 50 tahun.
“saya mencari ibu wulaningsih untuk mengisi angket ekstrakulikuler”
“oh, masuk saja pada ruangan yang berada di sebelah bagan kemajuan siswa, ibu wulaningsih ada di dalam”
“oh, makasih bu atas infonya” segera aku berjalan ke ruangan yang sudah ditunjukan oleh ibu tadi.
            Tok...tok...tok..
“ya, masuk saja” suara dari daam menyuruhku masuk.
“selamat siang bu saya tasya, yang kemarin ingin mengisi angket”
“oh, iya iya ini angketnya. Segera saja kamu isi”.
Segera saja aku duduk berhadapan dengan Ibu Wulaningsih dan segera melaksanakan perintahnya. Setelah selesai mengisi aku langsung menyerahkan angketnya pada Bu wulan.
“mbak tasya, kamu bisa memulai ekstrakulikuer bahasa korea nanti sepulang sekolah dan ekstrakulikuler biola besok sepulang sekolah. Apa anda yakin hanya ingin mengikuti 2 ekstrakulikuler saja? Disini saya tidak melihat anda mengisi kolom organisasi”
“iya bu saya yakin, karena ayah saya menginginkan saya untuk konsentrasi pada pelajaran”
Terdengar bel masuk kelas telah beerbunyi, setelah selesai dengan bu wulaningsih aku bergegas masuk kelas karena aku tidak ingin ketinggalan mata pelajaran kesukaanku yaitu seni musik.
Tak terasa aku sudah menempati kelas XI-IPA 2. Aku mengenal hampir seluruh teman kelas ku karena rata-rata aku kenal mereka dari ekstra biola dan bahasa korea. Menjalani awal semester baru dalam suasana yang baru juga aku lebih bisa mengenal kepribadian teman-temanku. Aku juga sering mendapat SMS lucu dari aryo.
Akhirnya dari sekedar mengirim pesan yang lucu-lucu kami pun jadi lebih kenal kepribadian masing-masing dan kamipun jadi sering berkirim pesan.
Sore itu aku baru saja selesai ekstra bahasa korea dan aku berencana untuk pergi ke toko kue langgananku, ketika aku melihat sekilas bayangan aryo keluar dari kamar mandi.
“aryo! Mau kemana?”
“eh tasya, ini aku baru mau latihan basket. Kamu mau kemana kok buru-buru gitu?”
“masa sih?emang aku kelihatan keburu-buru ya??”
“yaaa gitu lah. Emang mau kemana sih?”
“cuman mau mampir ke toko kue langgananku sih.”
“oh, ya udah aku mau latihan dulu yaa”
“ok. Good luck yaaa buat latihan hari ini” ku pandangi punggungnya yang menghilang dalam belokan ke arah lapangan basket. Segera ku menuju ke tempat parkir untuk mengambil motor beat putih-ku.
Segera kunyalakan motorku untuk pergi ke tujuanku selanjutnya dan kulesatkan motorku ke toko kue yang jaraknya beberapa meter dari sekolah.
            Setelah sampai kuletakan motorku di tempat parkir yang sudah di sediakan oleh pihak toko. lalu ku langkahkan kakiku masuk ke dalam toko kue itu. setelah lama memilih akhirnya pilihanku jatuh pada white cake cherry dan tea with no sugar, aku meminta pelayan untuk mengantarkan pesananku ke meja no 9.
Hari sudah gelap ketika aku sampai di rumah. Kuletakan sepatu di tempatnya dan segera aku naik untuk menuju ke kamrku. Aku mencium bau yang tidak enak keluar dari badanku, setelah ku letakan semua peralatan sekolahku segera aku melesat menuju kamar mandi.
Setelah keluar dari kamar mandi, aku langsung menuju meja beajar untuk mengerjakan tugas.
Jam dinding di kamar sudah menunjukan pukul 23.00 ketika aku sudah berada di atas tempat tidur.
----
Hari ini sangat cerah dan aku suka sekali karena hari ini mendukungku untuk pergi ke toko buku bersama putri seusai sekolah nanti.
“put, nanti jadi kan?”
“jadi lah, aku kan mau beli majalah yang ngebahas tentang Shinee”
“hhe, “
Sebelum bel masuk berdering kami memutuskan untuk masuk ke ruang kelas. Tepat ketika kami menginjakan kaki di ruang kelas bel masuk berdering dengan nyaringnya.
---
Aku dan putri sudah sampai di toko buku Gramedia. Kami segera naik ke lantai 3 dimana di lantai ini di jual berbagai macam komik, novel, ensklopedia, dan majalah. Kami terpaksa berpisah untuk mendapatkan buku yang kami inginkan, aku memilih pergi ke daerah novel sedangkan putri memilih untuk pergi ke daerah majalah.
Setelah beberapa menit memilih-milih akhirnya pilihanku jatuh pada novel ‘Oppa and I’. Setelah membayar aku memandang sekeliling dan tak terlihat olehku sesosok manusia yang bernama putri. Akhirnya aku memilih untuk turun ke parkiran dan menunggu putri disana.
Ternyata putri sudah berada disana lebih dulu. Ketika  kami bertemu pandang aku menangkap seulas senyum keluar dari bibirnya, setelah aku melihat bungkusan yang sedang di genggam putri ternyata aku tau maksud dari senyuman putri, hahaha
“tas, anterin aku balik ke sekolah ya, aku mau ambil motor”
“ok ok.”
Kulesatkan motorku setelah kami membayar ongkos parkir menuju jalan sudirman.
Aku memilih untuk menyaksikan latihan basket ketika kami sudah sampai di halaman sekolah. Dan aku memilih untuk duduk di bawah pohon yang rindang.
Ketika pertandingan selesai aku bergegas untuk pergi dari sekolah sebelum salah seorang satpam menegurku. Belum sempat aku menyalakan motorku seseorang memanggilku dari belakang
“tasya..”
“aryo? Belum pulang? Latihannya dah selesai kan?”
“ini baru mau pulang. Udah baru aja kok. Eh, tasy aku nebeng dong lagian kita searahkan?”
“yaaa gak papa sih. Emang motormu kemana?”
“motorku lagi nginep di bengkel”
“oh, yaudah. Eh, tapi kamu yang di depan lhoo, kan gak asyik kalo aku yang mboncengin kamu”
“iya aku ngerti kok, mana kuncinya?”
“tu dah di situ”
Dalam perjalanan pulang ke rumah aryo kami lebih sering menghiasinya dengan saling diam. Aku merasa gugup ketika harus mengawai pembicaraan dengannya ketika kami hanya berdua saja. Hingga sampai di depan rumahnya dia hanya mengucapkan kata terimakasih, tapi tidak apa-apa  yang penting dalam perjalanan pulang aku satu motor dengan aryo, itu saja sudah membuatku senang.
Sesampainya dirumah papa sudah menungguku di depan rumah dengan memasang muka serius..
“ tasya sehabis kenaikan kelas mama harus pindah ke jogja lagi”
“lalu pa? Apa hubungannya ama tasya?”
“yaaa, kamu mau tidak mau nemenin mama disana. Soalnya mama disana gak ada siapa-siapa. Tante anna, nenek, dan om kamu harus pergi ke singapore untuk ngobatin nenek” jawab mama yang baru saja muncul dari dapur
“berarti tasya pindah lagi dong..”
“ya mau tidak mau, nanti kalo papa udah selesai nanti juga nyusul kok” jawab papa yang tengah mengambil nasi.
“yaaaah, padahal tasya udah dapet temen disini”
“kamu nanti disana juga bisa dapet temen lagi kok say. Ya kan ma?” tanya papa meminta persetujuan mama
“iya say, betul kata papa kamu”
“huuuuft, terserah ajalah. Toh tiap tahun mesti pindah”
“nah gitu donk. Ayo makan, mama udah masak masakan yang kamu suka lho..”
Akhirnya aku memilih untuk berada di kamar setalah selesai makan malam. Belum lama juga aku mendapat seseorang yang bisa membuat hidupku bahagia, masa aku harus pindah... ku hidupkan laptop yang sedari tadi berada di atas meja belajar. Lalu ku buka browser dan memilih untuk melihat situs jejaring sosialku.
---
Pagi ini aku berangkat dengan perasaan kesal pada orangtuaku. Akhirnya aku menceritakan semuanya pada putri. Putri yang mendengar cerita bahwa aku akan pindah seusai kenaikan kelas merasa sangat terkejut, aku berharap ketika aku menceritakannya pada aryo aku akan mendapatkan reaksi yang sama dengan reaksi yang diberikan putri atau bahkan lebih. Sebelum masuk aku keluar untuk mencari aryo, aku mendengar suara aryo dari arah tempat parkir. Tidak sabar rasanya aku ingin menumpahkan segala kekesalanku dengan orangtuaku pada aryo sebelum aku melihatnya keluar dari area parkir dengan seorang gadis. Aku merasa sangat cemburu ketika aku melihat mereka bergandengan tangan
“tasya, ngapain berdiri disini kayak patung aja”
“ehm, enggak kok yo. Eh ngomong-ngomong siapa ini? Pacar baru yaaa?”
“lhoh, kok tau? Hhe, kenalin deh.. ini sylvia dia anak XI-IPA 1”
“ehm, hai aku tasya te.. temenya aryo”
“hai, aku sylvia. Salam kenal yaaa”
“eh, iya”
“yaudah ya sya aku mau ke kelas sylvia dulu, soalnya dia minta diajarin ngebuat pantun. duluan yaaa”
“he-eh, aku juga mau balik ke kelas dulu. Bye”
Aku berusaha untuk mengendalikan perasaanku, aku mulai untuk berfikir lebih jernih lagi. Aku mulai mencerna bahwa diantara kami memang tidak apa-apa. Jadi, selama ini aku hanya merasa Ge-er saja. Akhirnya ku urungkan niatku untuk bercerita pada aryo dan memilih hanya putri saja yang tau tentang kepindahaanku.
Sejak kejadian itu aku jadi malas untuk membalas pesan dari aryo, hingga waktu Ujian Kenaikan Kelas tiba aku hampir tidak pernah menjawab pesan darinya.
---
Hari dimana aku harus meninggalkan jakarta tiba, dan benar ketika aku menuju bandara soekarno-hatta aryo mengirim pesan padaku dan dia hanya mengucapkan selamat tinggal tanpa bertanya sebab-sebab aku pindah.

Ciri-ciri esai

Diposting oleh hannafi di 00.26.00 0 komentar

1.      Menggunakan gaya bahasa yang sangat pribadi tergantung penulisnya
2.      Cenderung sederhana, padat, dan fokus pada masalah
3.      Membahas suatu masalah tergantung pengalaman peribadi
4.      Penulis bersifat meyakinkan pembaca untuk menerima pendapat penulis

the purse of gold

Diposting oleh hannafi di 00.23.00 0 komentar

A beggar found a leather purse that someone had dropped in a market place. Opening it, he discovered that it contained 100 pieces of gold. Then he heard a merchant shouted, "A reward! A reaward to the one who find my leather purse!"

Being an honest man, the beggar came forward and handed the purse to the merchant saying, "Here is your purse. Will you keep your word to give a reward now?"\

"Reward?" scoffed the merchant greedily counting the amount of gold. "The purse I dropped had 200 pieces of gold in it. You've already stolen more than the reward I'll give to you.! Go away or I'll tell you to the police."

"I'm an honest man," said the beggar defiantly. "Let's take this matter to the court!" In the court, the judge patiently listened to both sides of the story and said, "I believe you both. Justice is possible! Merchant, you stated that the purse you lost contained 200 pieces of gold. Well, that's a considerable cost. But the purse the beggar found had only 100 pieces of gold. Therefore, it couldn't be the one you lost."
And, with that, the judge gave the purse and all the golds to the beggar. 

 

HANNA'S BLOG Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei